Selasa, 17 Juni 2008

Kuadran-4 : Kontrakan

Alhamdulillah, blog Q-4 saya ini akan saya gunakan untuk merekam tulisan tentang pemikiran, ucapan dan tindakan saya terkait dengan investasi.

Sementara saya konsentrasikan pada property; bahasa kerennya rumah kontrakan.

Emang enak kalo ada warisan tanah yang cukup luas di daerah yang semakin berkembang. Soalnya harga tanah sudah laham. Mahal.

Di tangan pengembang bisa dua kali lipat dari harga perolehannya. Sekitar 20 tahun yang lalu, selain emang gak punya tanah, saya menganggap investasi di property, rumah sewa gak ada untungnya. Waktu itu, kampus UI baru saja pindah ke Depok. Banyak sekali investor yang cari tanah untuk bangun rumah kost. Kalau kacang goreng itu biasa dibilang laku sekali; tanah ternyata lebih laku dari kacang goreng.

Waktu itu Ayah saya sempat punya 10 kamar untuk kost. Mulanya memang laku, tapi lama-lama kok yang cuma dekat pagar kampus UI yg laris. LOkasi kami gak jauh-jauh amat sih.

Saat ini rumah sewa untuk keluarga muda, bukan kamar kost, lebih menjanjikan. Tentu akan lebih enak kalau tanahnya sudah ada. Harga tanah di sekitar lokasi saya sudah satu jutaan per meter persegi.

Dua tahun yang lalu saya mulai bertindak. Ini sebenarnya ngikutin apa yang pernah dilakukan Ayah saya. Pada waktu masih sakit-sakit (Ayah saya terserang kanker usus) dia minta ke saya sebagai anak tertua untuk melakukan pengukuran lahan yang akan dibagikan ke anak-anaknya. Waktu itu saya tunda-tunda saja. Setelah beberapa kali, akhirnya beliau sendiri yang membuat gambar; siapa dimana, luasnya berapa. Beliau konsisten. Anak laki-laki 2 bagian; anak perempuan satu bagian.

Saya, anak laki-laki dan saudara saya yang laki-laki dapat sekitar 100m2. Lokasi saya paling depan; anak pertama... Waktu itu adik saya yang no. 6 (oh iya, kami 10 bersaudara; 8 laki-laki dan 2 perempuan) sudah punya rumah di lokasi yang diperuntukan untuk dia. Tapi karena luasnya 170m (dia memang dapetnya lebih banyak, yaitu 120m karena Ayah saya mau kasih dia lebih banyak) ada bagian dapur rumahnya yang terpotong. Tetapi karena adik langsung yang ada di belakangnya gak mau jual, masak sih dapurnya kepotong? Adik saya yang ini memang yang paling kurang beruntung secara fisik dan juga psikis. Waktu kecil sakit-sakitan, shg pendengaran dan bicaranya juga kurang sempurna. Sekolah SD juga gak selesai. Lalu saya ambil inisiatif unutk menyelesaikan ini dengan menukar bagian saya, agar adik saya no. 6 tadi gak harus motong dapurnya. Jadi tinggalah bagian saya sekitar 50 m saja. Kata Ibu saya gak usah dijual lagi yang sisanya. Maka kemudian uang yang dari adik saya saya bangunkan rumah di atas tanah yang luasnya cuma 50m. Bisa untuk rmh sederhana 2 km tidur, km tamu dan dapur kecil dan kamar mandi. Belum lagi bangunan selesai tiap hari ada yang tanya. Alhamdulillah begitu selesai langsung tersewa.

Sementara isteri saya dapat dari Ayahnya 150m dan kami beli dari adiknya, total jadi 215m. Awal tahun lalu kami bangun 2 unit rumah 1 pintu dan 2 unit kios serta 1 unit untuk gudang. Gudang itu layak huni sebenarnya, cuma gak ada kamar mandinya. Tapi gudang itu gak kepake karena saya menampung pekerja depot. Jadilah gudang itu kamar sementara yang dihuni mulanya 2 orang kemudian jadi 3 orang. Awal tahun ini saya renovasi menjadi rumah sederhana 1 km tidur; ruang depan, dapur dan kamar mandi. Jadi lengkap sudah menjadi 3 unit rumah sederhana 1 kmara dan 2 unit kios.

Inilah kuadran ke4 saya.

Tidak ada komentar: